Berbagai riset yang berhubungan dengan teori ini memfokuskan perhatian pada bagaimana agar sistem perjanjian kontrak kompensasi bisa mencapai keseimbangan. Alokasi kinerja perusahaan antara prinsipal dan agen didasarkan pada kontrak tersebut, baik tertulis maupun tidak. Sistem kompensasi dalam kkondisi yang ideal (first best) langsung dihubungkan dengan perilaku. Lebih lanjut lagi, karena faktor-faktor lingkungan dan keahlian agenlah yang akan menentukan output, sistem pembayaran insentif berdasarkan output menjadi tidak efisien karena agenlah yang menanggung resiko jika ada faktor lingkungan yang mengakibatkan penurunan output.
Jika prinsipal bisa mengawasi usaha agen, suatu kontrak ideal (first best control) yang mendasarkan pembayaran gaji atas usaha yang telah dilakukan ini bisa dibuat. Namun, kondisi ideal tersebut sangat sulit dicapai. Berbagai riset yang terhubung dengan sistem kompensasi biasanya dilakukan dalam konteks tidak adanya kontrak ideal. Hal ini yang lebih banyak terjadi karena agen yang lebih memahami perusahaan sehingga menimbulkan kesenjangan informasi/asimetri informasi (information asymmetry) yang menyebabkan prinsipal tidak mampu menentukan apakah usaha yang dilakukan agen memang benar-benar optimal.
Sumber: Lubis, Arfan Ikhsan. 2011. Akuntansi Keperilakuan. Jakarta: Salemba Empat.